|
||||||||
Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642 | SEARCH:
|
|||||||
SVD Batam | SOVERDIA (Awam SVD) | Pelayanan Kitab Suci | Pelayananan Internasional | Liturgi dan Devosi | Tirta Wacana |
---|
Berita di antara kita | |||||
---|---|---|---|---|---|
"Janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah." |
|||||
Rela Bersabda 2015: Keluargaku, Hidupku, Misiku |
||||
TIGA TAHUN berturut-turut, Komisi Komunikasi SVD Jawa, bekerja sama dengan Biro Konsultasi Keluarga SVD Surabaya dan SVD Bible Centre Batam, menyelenggarakan retret terbuka untuk umum dengan judul "Rela Bersabda", singkatan dari Retret Berjalan Bersama Sang Sabda. Retret ini merupakan perpanjangan tangan dari terbitan refleksi harian kitab suci "Berjalan Bersama Sang Sabda" yang diselenggarakan oleh Komisi Komunikasi SVD Jawa dan diterbitkan oleh Ardent Publications. Retret ini dimulai di tahun 2013 dengan tujuan menjadikan Kitab Suci bagian dari kehidupan keluarga-keluarga Kristiani, sehingga seluruh hidup dan karya mereka terinspirasi dan diarahkan oleh Firman Tuhan. Retret tahun 2015 berlangsung di Graha Wacana, SVD Family Centre, Ledug, pada tanggal 5-7 Juni 2015, dengan pembicara tetap: P. Thoby M. Kraeng, P. Godefridus Meko dan P. Aurelius Pati Soge, dengan tema: Keluargaku, Hidupku, Misiku. Sebanyak lima puluh peserta mengikuti acara-acara tersebut, dengan difasiitasi oleh pasutri Johan dan Dannie yang menjadi motor penghidup acara-acara. Tekanan utama dalam retret kali ini adalah membangun kesadaran, bahwa keluarga-keluarga Kristiani masa kini hidup dalam perubahan jaman yang mengubah pola pikir dan hidup semua orang. Keluarga-keluarga Kristiani perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan tersebut sehingga iman Kristiani tidak sampai dikorbankan demi memenuhi tuntutan perubahan jaman. Sesudah ibadat pembukaan oleh P. Godefridus Meko, yang ditandai dengan pentahtahan Kitab Suci dan penyalaan lilin Paskah, P. Pati Soge dalam sessi pertama mengajak peserta untuk menyadari perubahan yang sedang terjadi di dalam masyarakat. Dengan illustrasi video-clip Pass the Salt tentang acara makan keluarga dan Christina Scuccia Nun, biarawati yang menyanyi dalam kompetisi bakat, tekanan utama yang diangkat ialah ada perubahan serius yang sedang terjadi, baik di dalam kehidupan keluarga maupun di dalam kehidupan religius. Peserta secara aktip ikut mendalami dengan berbagi perasaan dan pikiran menanggapi ilustrasi tersebut. P. Pati Soge mengakhiri refleksi dengan menekankan, bahwa hal positip yang terjadi dalam diri seseorang akan menjadi kebanggaan keluarga dan mempengaruhi kehidupan bersama. Pada sisi lain, hal negatip dalam diri seseorang akan menjadi salib keluarga dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat luas. Untuk itu, setiap individu dan keluarga Kristiani perlu mendefinisikan identitas keluarga masing-masing, agar menjadi sumbangan bagi keluarga. Sejalan dengan itu, karena iman kita dibangun atas dasar salib Kristus, sudah menjadi kewajiban setiap keluarga Kristiani untuk bersaksi, bahwa Kristus ada dan menuntun kehidupan kita. |
Meditasi Kitab Suci di ruang adorasi Sakramen Mahakudus dengan gaya Taize |
|||
Perubahan menuntut pertahanan diri Dalam sessi lanjut, P. Kraeng mengingatkan keluarga-keluarga untuk membangun pilar-pilar kehidupan agar memiliki daya tahan terhadap perubahan yang begitu hebat. Pilar-pilar itu antara lain: ikatan perkawinan, komunikasi intensip suami isteri, komunikasi penuh cinta orang tua anak, komunikasi dengan sesama keluarga Kristiani, komunikasi dengan keragaman dalam masyarakat, komunikasi dengan alam ciptaan. Keluarga-keluarga harus bisa terus berubah tetapi tetap setia pada iman Krsitiani yang menjadi dasar keselamatan. Sementara itu, P. Meko menekankan pentingnya menjaga kewaspadaan untuk menghadapi perongrongan nilai-nilai iman oleh gerakan yang membungkus diri dengan penegakkan hak azasi manusia, seperti seperti perkawinan sejenis, hak-hak kaum LGBT (lesbian, gay, bisex, transgender, feminism radikal, aborsi dan euthanasia sebagai hak individu, dan sebagainya. Keluarga-keluarga perlu berpikir agar tidak ikut tenggelam dalam tsunami sekularisme yang tanpa ampun melanda kehidupan iman. Selanjutnya, P. Pati Soge menekankan pentingnya mencari apa kehendak Tuhan dengan perubahan yang tidak menyenangkan tetapi diijinkan Tuhan untuk terjadi. Beberapa peristiwa Kitab Suci diangkat untuk menjadi contoh, yakni (a) Keluarga Abraham; (b) Moses dan Exodus Bangsa Israel dari Mesir; (c) Nathan dan Keluarga Daud; (c) Panggilan khusus Tuhan bagi Zakaria-Elizabet dan Yoseph-Maria; (d) Kisah romantis di tepi Danau Galilea; dan (e) Menuju langit dan bumi yang baru. Kehendak Tuhan perlu dibaca dalam gerak perubahan agar ditanggapi dengan tepat. Dan ak hirnya, P. Kraeng mengajak keluarga untuk ber-passing over, agar bersama dengan seluruh Gereja ber-passing over dan bersama seluruh Umat Allah ber-passing over. Passing over ini menjadi misi aktual keluarga-keluarga dalam kehidupan sehari-hari, dan mungkin bisa menjadi berkat yang menolong keluarga-keluarga Kristiani lainnya.
Di samping Ekaristi Kudus, acara retret 2015 diwarnai dengan dinamika kelompok. Motor penggeraknya adalah pasangan suami isteri, Johan dan Dannie. Dengan sejumlah permainan, para peserta yang tidak semuanya muda ini, diajak untuk merenungkan diri dan kehidupan keluarganya. Ternyata banyak peserta yang bisa menimba makna tersembunyi di dalam permainan tersebut. Menyadari peranan pasutri ini, koordinator retret, P. Meko, mengatakan, bahwa mereka adalah mutiara tersembunyi yang telah ditemukan, dan sangat memperkaya perjalanan retret ini. Sementara itu, pada dua malam berturut-turut, peserta diajak untuk bermeditasi bersama di ruang adorasi Sakramen Mahakudus. Malam pertama (5/6), peserta berbaris menuju ruang adorasi dengan mata tertutup, menyimbolkan betapa sering kita berada di dalam kegelapan tanpa tahu harus berbuat apa. Satu-satunya harapan kita adalah terang dari Tuhan yang membantu kita mengatasi permasalahan hidup. Malam kedua (6/6), peserta mengadakan peziarahan, berjalan berdua-dua dengan lilin bernyala menuju ruang adorasi, disambut dengan lagu meditasi "Laudate Omnes Gentes", dalam meditasi Kitab Suci gaya Taize, yang dipandu oleh P. Pati Soge. Lagu-lagu yang dimadahkan malam ini menghantar peserta untuk menyelami keindahan Sabda Tuhan dan pengaruhnya bagi hidup pribadi, keluarga dan seluruh umat Allah.
Seluruh rangkaian acara ditutup dengan ibadat penutup dan perutusan. Kepada peserta diberikan dua simbol, yakni salib dan lilin bernyala, sebagai tugas untuk mewartakan Injil Kristus dengan mengandalkan terang Roh Kudus. Tak ada yang sempurna. Ada banyak yang masih harus dibenahi. Tetapi setidak-tidaknya pihak-pihak yang terlibat semakin menyadari misinya dan berusaha untuk membaharuinya di masa depan. "Sampai jumpa di tahun 2016", kata beberapa peserta ketika berjabat tangan menyampaikan salam pisah. |
||||
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge |