Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
 
 OPINI
"Aku sepenuhnya menyerahkan diriku kepada kehendak Tuhan dan membiarkan Ia mewujudkan keinginanNya atas diriku. Jika Ia mengijinkan sesuatu yang lebih berat menimpa diriku, aku masih tetap siap sedia dan menerima semuanya dari tanganNya "
(Arnoldus Janssen)

"Tugas kita yang paling utama ialah mewartakan Sabda. ... Pewartaan kita haruslah demikian rupa, sehingga ia memancarkan keagungan Kabar Gembira, dan dengan demikian orang dapat mengakui amanat Allah dalam kata-kata kita" (Konstitusi SVD 107)


Hari Studi Imam Keuskupan Pangkalpinang:
Imamat Sebagai Instrumen Kerahiman Ilahi

   
 
by Aurelius Pati Soge*)
halaman 4 dari 4
 

       4.1.3. Imamat merupakan salib khusus.
Karunia Tuhan tersebut tentu menjadikan para murid orang-orang istimewa yang memiliki karunia dan kharisma untuk mengajar tentang kebenaran iman. Pada hari Pentekosta, misalnya, para rasul membuat banyak orang terhenyak, ketika mereka mampu menyampaikan pesan keselamatan, yang oleh Roh Kudus diterjemahkan ke bahasa masing-masing pendengar, sehingga mereka memahami pewartaan itu. Tetapi kharisma khusus tersebut membuat mereka harus berhadapan langsung dengan perlawanan orang-orang yang terancam kedudukannya. Para imam Yerusalem mengambil tindakan keras kepada para rasul. Mereka ditangkap, diadili oleh Makhamah Agama, walaupun diselamatkan oleh nasehat Gamaliel (bdk. Kis 5:17-40). Tetapi mereka menerima itu sebagai berkat, seperti yang tertulis di dalam Kisah Para Rasul, “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Makhamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh Nama Yesus” (Kis 5:41). Pengalaman ini merupakan pemenuhan langsung kata-kata Yesus sendiri, “Kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaKu” (Mat 24:9). Kesetiaan para murid di sini juga sejalan dengan kehendak Yesus, bahwa murid yang layak adalah yang setia memikul salib masing-masing (Mrk 8:34). Bagi banyak orang, penderitaan salib merupakan kemalangan, bagi para murid, salib adalah jalan menuju keselamatan.

       4.1.4. Imamat merupakan misi khusus.
Karunia khusus yang diberikan kepada murid-murid pilihan ini memberikan mereka sebuah misi khusus karena jabatannya. St. Paulus menyebut diri sebagai seorang anak yang terlahir sebelum waktunya (1 Kor 15:8), karena ia dipanggil di saat ia justru sibuk menganiaya jemaat Tuhan (Kis 9:1-2). Walaupun demikian, Tuhan memiliki rencana tersendiri, sehingga Ananias dapat diyakinkan Tuhan untuk membaptis Saulus yang bertobat. “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagiKu untuk memberitakan namaKu kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung karena namaKu” (Kis 9:15-16). Oleh panggilan tersebut, Paulus yang memperoleh jabatan rasul dengan cara yang luar biasa, diutus untuk menjadi pewarta Kerajaan Allah kepada bangsa-bangsa yang belum mengenal Allah (bdk. Kis 13:2-3).

   
Di dalam dunia yang semakin didominasi nilai-nilai sekular saat ini, perwujudan nila-nilai di atas membutuhkan perjuangan yang lebih besar. Di banyak belahan dunia, jabatan imam tidak lagi menjadi peranan khusus, tetapi tidak lebih daripada sebuah profesi, sama seperti aneka profesi lain. Apakah kita juga terjerat di dalam pemikiran yang sama, baik disadari atau tidak? Memperhatikan karunia-karunia yang diterima oleh para murid Yesus di atas, sebagai imam yang mewarisi jabatan apostolik ini, para imam ditantang untuk membuat penyadaran kembali, sejauh mana kita melihat panggilan imamat sebagai karunia khusus, yang menjadi berkat khusus bagi diri kita, yang memberikan kita salib khusus untuk sebuah misi khusus di dalam hidup gereja dan masyarakat. Di sini kita melihat, bahwa Tuhan secara khusus menampakkan kerahiman-Nya kepada kita, orang-orang khusus, yang dipilih untuk tugas dan tanggung jawab khusus juga.

4.2. Setiap imam harus menggerakkan orang menyadari diri sebagai pribadi kesayangan Allah
Pada sisi lain, imamat sebagai anugerah Allah tidaklah diperuntukkan bagi diri kita semata-mata. Imamat jabatan ini dimaksudkan untuk menolong umat Allah, bahkan masyarakat dunia pada umumnya, untuk menyadari hakekat diriNya dan menemukan keselamatan yang dipersiapkan bagi semua orang.

       4.2.1. Memotivasi umat Allah untuk menyadari diri sebagai pribadi kesayangan Tuhan yang dipanggil, diberkati, diuji dan diutus. Sama seperti kita, umat beriman pun perlu diingatkan, bahwa mereka adalah umat pilihan Allah yang juga memperoleh karunia khusus dari Tuhan. Tugas pemberdayaan (empowering) umat Allah melekat pada jabatan kita sebagai pengajar, pengudus dan pemimpin. Perpaduan antara kesadaran diri para imam dan kesadaran baru umat Allah bisa membentuk sebuah kekuatan dahsyat yang bisa mempengaruhi dunia.

       4.2.2. Memotivasi masyarakat manusia untuk membentuk kehidupan bersama yang memberi penghargaan terhadap perbedaan. Panggilan Yesus membuat para murid mampu menjembatani perbedaan, dan dengan modal itu mereka menerobos ke berbagai budaya dan mewartakan kebenaran. Dalam iklim pluralistik yang memiliki dua wajah ekstrim, yakni liberalisme dan fundamentalisme, imamat memberi kita peluang untuk membangun relasi dialogal ekumenis untuk membangun dunia baru yang lebih menunjang budaya kehidupan.

Ketika Sri Paus Fransiskus menyerukan Tahun Kerahiman Ilahi, Ia berharap, agar gerakan ini menginspirasi masyarakat luas, sehingga dunia yang kurang bersahabat ini menjadi lebih bersahabat, karena orang diajak untuk menghayati dan mewujudkan kerahiman di dalam dunia. Dari sisi kita, imamat adalah sebuah instrumen yang efektip diberdayakan untuk misi khusus tersebut. Namun untuk itu, kita harus memulainya dari kesadaran akan daya-daya rohani yang kita miliki, menghargainya dan kemudian memanfaatkannya demi orang banyak.

Refleksi biblis yang saya tawarkan di sini sebetulnya hanyalah langkah penyadaran kembali akan hakekat imamat kita, terutama menggali kembali kesadaran akan imamat kita yang menyatu dengan imamat Yesus Kristus, imam agung yang secara sempurna memberi kita contoh, bagaimana mewujudkan kerahiman ilahi di tengah umat manusia. Media massa modern menampilkan banyak “nabi baru”, misalnya para motivator di layar televisi, yang sering memberikan tuntunan-tuntunan sosial yang menyentuh. Fenomena ini dengan mudah mengambil alih peranan spiritualitas biblis, jika kita sebagai imam, dengan tugas khusus sebagai pewarta Tuhan yang murah hati, tidak sanggup memotivasi umat untuk menyadari akar rohaninya tersebut. ***


Pertanyaan refleksi:

  1. Apa wujud kerahiman ilahi yang saya alami dalam menghayati imamatku, khusus sebagai pribadi yang dipanggil, diberkati, ditempa dan diutus untuk mewartakan Kerajaan Allah?
  2. Berdasarkan pengalaman hidupku, apa bentuk-bentuk konkrit kerahiman ilahi yang bisa saya sharingkan kepada umat Allah, melalui pelayanan imamatku?
  3. Apa inspirasi Biblis yang paling menginspirasi konsistensi penghayatan imamatku sebagai instrumen Kerahiman Ilahi?
 
   
 

*) Dibawakan pada Hari Studi para imam se-Keuskupan Pangkalpinang, di Pangkalpinang, 20 April 2016

PAGE 1, 2, 3, 4
 
 
 
 

LIHAT ARTIKEL LAIN

 


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge