![]() |
|
Home | News | Opinion | Contact Us |
||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642 | SEARCH:
|
|||||||
SVD Batam | SOVERDIA (Awam SVD) | Pelayanan Kitab Suci | Pelayananan Internasional | Liturgi dan Devosi | Tirta Wacana |
---|
![]() |
OPINI | "Aku sepenuhnya menyerahkan diriku kepada kehendak Tuhan dan membiarkan Ia mewujudkan keinginanNya atas diriku. Jika Ia mengijinkan sesuatu yang lebih berat menimpa diriku, aku masih tetap siap sedia dan menerima semuanya dari tanganNya " (Arnoldus Janssen) |
![]() |
---|---|---|---|
|
|
![]() |
Rekoleksi Vikariat Utara Keuskupan Pangkalpinang: |
![]() |
|
---|---|---|---|
by Aurelius Pati Soge*) |
halaman 1 dari 3 |
||
Prolog Ada dua hal penting yang mewarnai rekoleksi para imam Vikariat Utara, Keuskupan Pangkalpinang, kali ini, yakni sukacita persiapan tahbisan uskup terpilih, Mgr. Dr. Adrianus Sunarko, OFM; dan Bulan Kitab Suci nasional, di mana kita secara khusus diajak untuk mendalami tema “Kabar Gembira Di Tengah Gaya Hidup Modern.” Di berbagai media social, umat Allah – termasuk juga para imam – suka memamerkan foto-foto indah pentahtahan Kitab Suci di dalam gereja masing-masing. Rata-rata dihias dengan indah, yang pasti juga menelan biaya yang tidak sedikit. Secara tidak langsung peristiwa-peristiwa ini menggemakan tema bulan Kitab Suci nasional di atas. Hiasan yang indah itu ibarat gaya hidup modern yang kemilau, glamour, tetapi sarat kepalsuan, kemunafikan dan ketidakadilan. Di atasnya ada Alkitab – yang lain meletakkan Evangelarium – dengan segala kesederhanaannya, menyiratkan pesan Tuhan yang “kesepian” di tengah dunia yang gemerlap. Di tengah badai sekularisme yang hebat melanda kehidupan umat manusia, peranan iman memang temarjinalisasi. Tidak dimatikan, tetapi tidak diberi peranan penting di dalam kehidupan masyarakat luas. |
|||||
Sekularisme dan fundamentalisme agama-agama Karya pelayanan iman berhadapan dengan dua tantangan besar yang kita sebut sebagai sekularisme dan fundamentalisme agama-agama. Keduanya menampilkan dua ekstrim yang berseberangan. Kubu sekularisme menampilkan gaya hidup yang sepenuhnya dijiwai oleh nilai-nilai dunia. Ekonomi (terutama kapitalisme dan pasar bebas) menjadi elemen pengendali, dan semua nilai lain diukur dari sudut ini. Ada banyak aliran agama (gereja) yang “menyesuaikan diri” dengan gerak sekularisme ini, seperti gereja-gereja penganut teologi kemakmuran, yang mengukur ada tidaknya berkat Tuhan dengan kekayaan yang dimiliki. Kita mendengar ada juga kalangan agamawan yang mendukung aborsi, perkawinan sesama jenis, euthanasia, dan sebagainya. Pada sisi lain, kita berhadapan dengan fundamentalisme agama-agama, yang mengukur segala sesuatu dengan paradigm agama yang dianut. Belakangan ini, fanatisme agama-agama menyatu dengan politik, menciptakan kekacauan di banyak belahan dunia. Konteks ini tidak dapat dihindari, dan kita didorong untuk berkarya di tengan dunia yang dipengaruhi oleh elemen-elemen tersebut. Bagaimana kita mewartakan Sabda Tuhan ke tengan masyarakat yang tidak peduli dengan nilai-nilai iman? Yang menganggap agama-agama sebagai gangguan bagi gerakan sekular? Bagaimana kita mewartakan Sabda Tuhan ke tengah masyarakat yang dipecah belah oleh fanatisme buta? Apa bentuk solidaritas sosial yang bisa diwujudkan di tengah situasi ini? Mungkin ada segudang lagi pertanyaan yang dapat diangkat, sebagai wujud dari keprihatinan kita, karena baik dalam skala kecil maupun besar, kedua ekstrim yang dihadapi ini pelan-pelan masuk ke dalam komunitas umat beriman dan mempengaruhinya. |
|||||
Iman dalam arus modernisme Umat Kristiani di jaman ini hidup dan bertumbuh dalam era teknologi komunikasi yang sangat rumit. Di mana-mana kita menemukan orang-orang mengabaikan orang di sekitarnya, sibuk berkomunikasi dengan seseorang lain yang entah di mana, melalui teknologi seluler. Jika teknologi itu membantu komunikasi dan memperlancar urusan-urusan, tentu saja tak ada yang salah. Dalam banyak hal, teknologi telah memperlancar urusan pastoral. Namun tak dipungkiri juga, kalau teknologi menjadi pelarian seseorang, untuk menghindari komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Di sini kita melihat teknologi menjadi penghalang sebuah komunikasi yang lebih intim. Sementara itu, penggunaan teknologi komunikasi telah menerabas privasi orang maupun keluarga-keluarga. Prinsip klausura kaum biarawan dan tertahbis, misalnya, telah dilangkahi oleh komunikasi nir-kabel tersebut. Statistik biro konsultasi keluarga SVD Jawa di Surabaya memberikan data yang mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Problematika perkawinan pasangan Katolik meningkat tajam dengan komunikasi seluler sebagai satu pemicu dominan. Dalam sejumlah kasus, problema tersebut melibatkan imam dan birawaran biarawati, sekali lagi melalui komunikasi seluler. lustrasi ini memberikan gambaran invasi gaya hidup modern ke dalam kehidupan rohani, baik umat pada umumnya maupun kalangan klerus dan religius pada khususnya. Ke dalam situasi inilah kita ditantang untuk mewartakan Sabda Ilahi. Apakah Sabda Allah masih relevan untuk menjadi pedoman hidup orang beriman saat ini? Apakah kita (para imam, biarawan) memperkuat diri dalam menghayati nasehat-nasehat Injil, di tengah invasi teknologi dan gaya hidup modern tersebut. Tema ini yang hendak kita refleksikan dalam rekoleksi ini. ... SELANJUTNYA |
|||||
*) Dibawakan pada Rekoleksi para imam se-Vikariat Utara Keuskupan Pangkalpinang, di Batam, 5 September 2017 |
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge |