Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
 
Firman Tuhan untukku hari ini...
 
Betapa dalamnya Sabda Alkitabiah.
Semoga kita memperlakukannya dengan penghargaan yang tinggi (St. Arnoldus Janssen
)
 
  Yesus naik ke dalam sebuah perahu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu IA duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai, Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Luk 5:3-5)  
   
   
 
 
Juni 2015
  MASA BIASA PEKAN 9
   
Wujud Hidup Sesudah Kematian

KONSEP filosofis tentang ruang dan waktu bisa dipergunakan untuk menjelaskan perbedaan antara hidup di dunia dan sesudah kebangkitan. Tubuh manusia selalu ada di satu tempat, tidak bisa pada saat yang sama berada di beberapa tempat. Selain itu ia ada dalam satu kurun waktu, bukan seperti dongeng mesin waktu yang bisa melompat ke masa lampau dan masa depan, lalu kembali lagi ke masa sekarang. Keterbatasan itu tidak berlaku bagi hidup sesudah kematian, karena batasan ruang dan waktu itu tidak lagi ada. Raga tak lagi dibatasi oleh penderitaan, nafsu, emosi dan unsur jasmaniah lain. Raga pasca kebangkitan mengalami transformasi, sehingga bisa memandang Tuhan, bersatu denganNya dan hidup dalam keabadian. Dalam situasi ini tak ada lagi tempat untuk perkawinan menurut ukuran duniawi, yang ditentukan oleh azas legal, relasi psikologis, sosial, seksual biologis, dan sebagainya. Manusia yang bangkit telah menjadi pribadi yang dimurnikan di hadapan Tuhan.

Doa Tobit dan Sara di dua tempat yang berbeda, disatukan oleh Tuhan dalam sebuah penyelenggaraan yang menyembuhkan. Tobit disembuhkan dari sakit buta, Sara dibebaskan dari kuasa iblis Asmodeus. Bagi Tuhan, jarak yang jauh tidak menghalangi penyelenggaraanNya hanya dengan satu kekuatan saja. Paradigma yang sama berlaku dalam jawaban Yesus kepada kaum Saduki yang bertanya tentang hidup sesudah kematian. Kaum Saduki dapatlah dianggap sebagai kaum ateis praktis di jaman itu. Mereka menerima Hukum Taurat tetapi menjalankannya sebagai pedoman hidup sosial, tanpa nilai keselamatan yang menghantar orang menuju hidup sesudah kematian. Yesus menolak ukuran itu, karena di hadapan Tuhan, dalil-dalil manusia tidak berlaku.

Kecenderungan kita untuk mengukur iman dengan dalil-dalil jasmaniah bisa menjebak kita dalam dua kesalahan. Pada satu sisi, kita menciptakan harapan palsu seakan-akan boleh menikmati segala hal duniawi di surga. Ada yang bahkan membuat deskripsi surga menurut ukuran duniawi walau dalam bentuk ukuran super: seperti mahaindah, mahaterang dan sebagai- nya. Itu jelas memberi harapan palsu yang tidak pernah kita ketahui dengan sempurna. Pada sisi lain, kita bisa kehilangan iman karena tahu, bahwa kenikmatan duniawi tak akan terbawa ke alam kekal. Maka yang perlu kita lakukan ialah membentuk pola iman yang realistis. Kita tahu bahwa akan ada keselamatan jiwa. Apa wujudnya kita yakin diberikan Tuhan yang terbaik. Maka kita perlu membina pola hidup saat ini yang bermartabat, agar apapun wujud kehidupan kekal yang diberikan Tuhan, kita sudah siap. Waspadalah selalu, agar imanmu tidak sampai hancur. (ap)

  1. Dalam diri anda, apakah ada potensi sikap seperti orang-orang Saduki di atas?
  2. Apa wujudnya?

(c) bbss 2015 aurelius pati soge

REFLEKSI BULAN INI
Mg
Sn
Sl
Rb
Km
Jm
Sb
31 1 2 3 4 5
28 29 30 1 2 3 4
  Rabu, 3 Juni 2015
   
 
AJARILAH MEREKA SEGALA YANG KUPERINTAHKAN KEPADAMU, AKU MENYERTAI KAMU SENANTIASA SAMPAI AKHIR ZAMAN
   
   
   
 
Tb 3:1-11a.13.16-17 | Mzm 25:2-5ab.6-7bc.8-9 | Mrk 12:18-27

 

Permohonan Tobit dan Sara di hadapan kemuliaan Allah dikabulkan (Tb 3:1-11a.13.16-17)

Pada waktu itu Tobit bersedih hati, mengeluh dan menangis. Dengan keluh kesah ia berdoa begini, “Engkau adil, ya Tuhan, dan adillah semua perbuatan-Mu. Segala tindakan-Mu penuh belas kasih dan kebenaran. Engkaulah hakim atas dunia semesta. Oleh sebab itu, ya Tuhan, ingatlah akan daku, pandanglah aku. Janganlah aku Kau hukum sekedar segala dosa dan kekhilafanku atau setimpal dengan dosa nenek moyangku! Aku telah berdosa di hadapan-Mu dan melanggar segala perintah-Mu. Maka kami Kau serahkan untuk dirampasi, ditawan dan dibunuh. Kami Kau jadikan sindiran dan tertawaan, orang ternista di tengah sekalian bangsa di mana kami Kau ceraiberaikan. Memang tepatlah hukuman-Mu, jika kini aku Kau perlakukan sekedar segala dosaku. Karena kami tidak memenuhi perintah-perintah-Mu dan tidak hidup baik di hadapan-Mu. Kini berbuatlah kepadaku sekehendak-Mu, sudilah mencabut nyawaku, sehingga lenyaplah aku dari muka bumi dan kembali menjadi debu. Sebab mati lebih berguna bagiku daripada hidup. Karena aku harus mengalami nista dan fitnah, dan sangat sedih rasa hatiku. Ya Tuhan, biarlah aku lepas dari susah ini. Biarlah aku lenyap menuju tempat abadi. Janganlah wajah-Mu Kau palingkan dari padaku, ya Tuhan. Lebih bergunalah mati saja daripada melihat banyak susah dalam hidupku. Sebab kalau mati, tak dapat lagi aku mendengar nista.”
Pada hari yang sama terjadilah bahwa Sara, puteri Raquel, di kota Ekbatana di negeri Media mendengar dirinya dihina oleh seorang pelayan perempuan ayahnya. Adapun Sara itu sudah diperisterikan kepada tujuh pria. Tetapi mereka semua dibunuh oleh Asmodeus, setan jahat, sebelum Sara bersatu dengan mereka sebagaimana layaknya suami isteri. Kata pelayan itu kepada Sara, “Engkau sendirilah yang membunuh para suamimu! Engkau sudah diperisterikan kepada tujuh orang tetapi tidak ada seorang pun yang kau nikmati! Masakan kami kau cambuki karena mereka mati! Baiklah engkau menyusul mereka saja, supaya kami tidak pernah melihat seorang putera atau puteri dari engkau!” Maka pada hari itu juga Sara sangat sedih hati, lalu menangis tersedu-sedu. Kemudian ia naik ke bilik atas kepunyaan ayahnya dengan maksud menggantung diri. Tetapi berpikirlah ia dalam hati, “Kiranya ayahku nanti dinistakan karena hal itu dan orang akan berkata kepadanya, ‘Bapa hanya punya satu puteri kesayangan. Celakalah Bapa, ia telah menggantung diri.’ Niscaya karena sedihnya, ayahku yang lanjut umur itu akan mati. Lebih baik aku tidak menggantung diri, melainkan berdoa kepada Tuhan, supaya aku mati saja sehingga tidak usah mendengar lagi nista selama hidupku.” Segera Sara menadahkan tangannya, lalu berdoa, katanya, “Terpujilah Engkau, ya Allah penyayang! Aku mengarahkan mataku kepada-Mu. Semoga aku dilenyapkan saja dari muka bumi, sebab aku tidak mau lagi mendengar nista.”
Pada saat itu juga kedua orang tersebut, yakni Tobit dan Sara, dikabulkan permohonannya di hadapan kemuliaan Allah. Allah mengutus Rafael untuk menyembuhkan kedua-duanya, yaitu dengan menghapus bintik-bintik putih di mata Tobit, sehingga ia dapat melihat cahaya Allah dengan matanya sendiri, dan dengan memberikan Sara, puteri Raquel, kepada Tobia, putera Tobit, sebagai isteri, dan dengan melepaskannya dari Asmodeus, setan jahat itu. Memang Tobia lebih berhak memperoleh Sara daripada semua orang lain yang ingin memperisteri dia. Pada saat yang sama Tobit kembali dari pelataran masuk ke rumahnya, dan Sara, puteri Raquel, turun dari bilik atas itu.

Mazmur Tanggapan (Mzm 25:2-4a.4b-5ab.6-7bc.8-9; R: 1b)

Ref: Kepada-Mu, Ya Tuhan, kuarahkan jiwaku.

  1. Allahku, kepada-Mu aku percaya; janganlah kiranya aku mendapat malu; janganlah musuh-musuhku beria-ria atas diriku.
  2. Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan, tunjukkanlah lorong-lorong-Mu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan daku.
  3. Ingatlah segala rahmat dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya Tuhan.
  4. Tuhan itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang bersahaya.

Allah bukanlah Allah orang mati melainkan Allah orang hidup (Mrk 12:18-27)

Pada suatu hari datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepadaNya, “Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita, ‘Jika seseorang yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya.’ Ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang wanita, lalu mati tanpa meninggalkan keturunan. Maka yang kedua mengawini dia, tetapi juga mati tanpa meninggalkan keturunan. Demikian juga yang ketiga. Dan begitulah seterusnya, ketujuh-tujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Akhirnya wanita itu pun mati. Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami wanita itu? Sebab ketujuh-tujuhnya telah beristrikan dia.”
Jawab Yesus kepada mereka, “Kalian sesat, justru karena kalian tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab di masa kebangkitan orang mati, orang tidak kawin atau dikawinkan; mereka hidup seperti malaikat di surga. Mengenai kebangkitan orang mati, tidakkah kalian baca dalam kitab Musa, yaitu dalam ceritera tentang semak berduri, bahwa Allah bersabda kepada Musa, ‘Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat.”




HARI SEBELUMNYA  |  INDEX  |  HARI BERIKUTNYA
(Teks bacaan diambil dari Buku Bacaan Misale Romawi Indonesia, terbitan Obor, Jakarta)
 


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge