Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
         
Firman Tuhan untukku hari ini...
 
Betapa dalamnya Sabda Alkitabiah.
Semoga kita memperlakukannya dengan penghargaan yang tinggi (St. Arnoldus Janssen
)
 
  Yesus naik ke dalam sebuah perahu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu IA duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai, Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Luk 5:3-5)  
   
   
 
 
Februari 2016
  MASA PRAPASKAH PEKAN 3
 
REFLEKSI BULAN INI
Mg
Sn
Sl
Rb
Km
Jm
Sb
31 1 2 3 4 5
28 29 1 2 3 4 5
  Senin, 29 Februari 2016
   
 

JIKA KAMU TIDAK BERTOBAT,
MAKA KAMU JUGA AKAN BINASA DENGAN
CARA YANG DEMIKIAN

 
 
 
 
2 Raj 5:1-15a | Mzm 42:2.3;43:3.4 | Luk 4:24-30

Banyak orang sakit kusta dan tak seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naanam orang Syiria itu (2 Raj 5:1-15a)

Naanam, panglima raja Aram, adalah seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, sebab oleh dia Tuhan telah memberikan kemenangan kepada orang Aram. Tetapi pahlawan tentara itu sakit kusta. Sekali peristiwa orang Aram pernah keluar bergerombol dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Anak itu menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya, “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.” Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya, “Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.” Maka jawab raja Aram, “Baik, pergilah dan aku akan mengirim surat kepada raja Israel.” Lalau berangkatlah Naaman. Sebagai persembahan ia membawa sepuluh talenta perak, enam syikal emas dan sepuluh potong pakaian. Ia menyampaikan surat raja Aram itu kepada raja Israel, yang berbunyi, “Sesampainya surat ini kepadamu, maklumlah kiranya, bahwa aku menyuruh kepadamu Naaman pegawaiku, supaya engkau menyembuhkan dia dari penyakit kustanya.” Segera sesudah raja Israel membaca surat itu, dikoyakkannyalah pakaiannya serta berkata, “Allahkah aku ini, yang dapat me- matikan dan menghidupkan, sehingga orang ini mengirim pesan kepadaku, supaya kusembuhkan seorang dari penyakit kustanya? Sesungguhnya, perhatikanlah dan lihatlah, ia mencari gara-gara terhadap aku.”
Segera sesudah didengar oleh Elisa, abdi Allah itu, bahwa raja Israel mengoyakkan pakaiannya, dikirimnyalah pesan kepada raja, bunyinya, “Mengapa engkau mengoyakkan pakaianmu? Biarlah orang itu datang kepadaku, supaya ia tahu bahwa ada seorang nabi di Israel.” Kemudian datanglah Naaman dengan kudanya dan keretanya, lalu berhenti di depan pintu rumah Elisa. Elisa menyuruh seorang suruhan kepadanya mengatakan, “Pergilah mandi tujuh kali dalam sungai Yordan, maka tubuhmu akan pulih kembali, sehingga engkau menjadi tahir.” Tetapi pergilah Naaman dengan gusar sambil berkata, “Aku sangka, setidak-tidaknya ia datang ke luar dan berdiri memanggil nama Tuhan, Allahnya, lalu menggerak-gerakkan tangannya di atas tepat penyakit itu, dan dengan demikian menyembuhkan penyakit kustaku! Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah akuk dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati. Tetapi pegawai-pegawainya datang mendekat serta berkata kepadanya, “Bapak, seandainya nabi itu menyuruh perkara yang sukar kepadamu, bukankah Bapak akan melakukannya? Apalagi sekarang, ia hanya berkata kepadamu: Mandilah dan engkau akan menjadi tahir.”
Maka turunlah Naaman membenamkan dirinya tujuh kali dalam Sungai Yordan, sesuai dengan perkataan abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak, dan ia menjadi tahir. Kemudian kembalilah Naaman dengan seluruh pasukannya kepada Abdi Allah itu. Sesampai di sana majulah ia ke depan Elisa dan berkata, “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hamba ini!”

TANGGAPAN Naaman, orang Siria itu terhadap penyampaian Nabi Elisa sebetulnya sama dengan tanggapan orang Nazaret terhadap penyampaian Yesus. Elisa dan Yesus sama-sama menyampaikan kebenaran perintah Tuhan. Naaman menggerutu dan menolak untuk mandi di Sungai Yordan, karena ia berharap Elisa akan melakukan tanda-tanda atau menyerukan nama Tuhan dan mengadakan mujizat penyembuhan. Sementara orang- orang Nazaret menolak Yesus, karena mereka mengenal diriNya dan para saudaraNya yang tinggal di tengah mereka. Tuhan tak mungkin berkarya melalui salah seorang dari mereka. Akan tetapi, Naaman disadarkan oleh abdinya sendiri, lalu memutuskan untuk mandi di Sungai Yordan. Maka sembuhlah dia dari penyakitnya, sekaligus mengalami pencerahan rohaniah secara baru. Sementara orang Nazaret bertahan pada pendapatnya dan menolak Yesus, bahkan hendak mencelakakanNya. Maka mereka tetap tenggelam dalam pola imannya yang lama dan tidak meraih kesempatan untuk membaharui diri.

Ketika ada peralihan generasi misionaris di Flores, dari misionaris Eropa ke imam-imam pribumi, banyak generasi tua yang dididik dan dibesarkan oleh misionaris Eropa tidak mau menerima Sakramen Pengampunan Dosa dari para imam pribumi. "Kalau bukan imam putih (Eropa) kami tidak mengaku dosa", demikian kata-kata yang sering dilontarkan. "Kami kenal mereka, orang tua mereka, saudara-saudara mereka, karena itu tak mungkin kami datang dan mengakui dosa-dosa kami kepada mereka." Sementara itu, generasi muda yang lebih terbuka bisa menjembatani krisis tersebut dan dengan ringan hati mengaku dosa-dosa dan menerima berkat pengampunan dari para imam pribumi.

Kita semua berada dalam koridor panggilan yang sama, yakni menjadi alat Tuhan untuk menebar ragi kasihnya. Kepada siapa? Kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari lingkungan keluarga kita masing-masing. Orang tua menasehati anak-anak, anak-anak mengoreksi orang tua, demikian juga para tetangga memainkan peranannya. Semua bisa diterima. Namun ketika seseorang meningkatkan peranannya sebagai pelayan iman, pertanyaan dan nada sumbang muncul. "Mengapa orang itu mau memimpin ibadah, padahal ia tidak lebih baik daripada diriku?" mungkin begitu penolakannya. Mari kita menyadari, bahwa pelayanan bagi Tuhan dan sesama hanyalah peningkatan dari pelayanan yang telah kita lakukan di lingkungan keluarga kita masing-masing. Dari lingkungan kecil keluarga, kita justru melayani keluarga yang lebih besar, yakni persekutuan umat Allah. (ap)

Usirlah kegelapan dari hati kami, ya Tuhan, dan bentuklah semangat kerendahan hati, agar dari mana pun Engkau mewahyukan diriMu, kami siap menerimanya dengan penuh kasih yang tulus. Amin!

(c) 2016 twm

Mazmur Tanggapan (Mzm 42:2-3; 43:3-4; R: 42:3)

Ref: Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

  1. Seperti rusa yang merindukan sungai berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
  2. Jiwaku haus akan Allah, akan Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
  3. Suruhlah terang dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu!
  4. Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, sukacita dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!
 

Yesus seperti Elia dan Elisa, diutus bukan kepada orang-orang Yahudi (Luk 4:24-30)

Ketika Yesus datang ke Nasaret, Ia berkata kepada umat di rumah ibadat, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada Nabi yang dihargai di tempat asalnya. Tetapi Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar. Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel, ketika langit tertutup selama tiga tahun enam bulan, dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka melainkan kepada seorang janda di Sarfat di tanah Sidon. Dan pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel, tetapi tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu, sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bingung, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.


HARI SEBELUMNYA  |  INDEX  |  HARI BERIKUTNYA
(Teks bacaan diambil dari Buku Bacaan Misale Romawi Indonesia, terbitan Obor, Jakarta)      


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge