Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
         
Firman Tuhan untukku hari ini...
 
Betapa dalamnya Sabda Alkitabiah.
Semoga kita memperlakukannya dengan penghargaan yang tinggi (St. Arnoldus Janssen
)
 
  Yesus naik ke dalam sebuah perahu, yaitu perahu Simon, menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu IA duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai, Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Luk 5:3-5)  
   
   
 
 
Desember 2017
  MASA BIASA PEKAN 34
 
REFLEKSI BULAN INI
Mg
Sn
Sl
Rb
Km
Jm
Sb
          1
24 25 26 27 28 29 30
31            
  Jumat, 1 Desember 2017
  Beato Dionisius dan Redemptus, martir di Aceh
 

SEPERTI KITA MATI DALAM PERSEKUTUAN DENGAN ADAM, DEMIKIANLAH KITA HIDUP DALAM PERSEKUTUAN DENGAN KRISTUS

 
 
 
Dan 7:2-14 | Dan 3:75-81 | Luk 21:29-33

Seseorang serupa Anak Manusia datang bersama awan gemawan (Dan 7:2-14)

Aku, Daniel, mendapat suatu penglihatan pada waktu malam. Tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar. Lalu naiklah empat binatang besar dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain. Yang pertama rupanya seperti seekor singa dan mempunyai sayap burung rajawali. Aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya diberikan hati manusia. Dan tampak ada seekor binatang lain, yang kedua, rupayanya seperti beruang. Ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang rusuk masih ada dalam mulutnya di antara giginya. Kepadanya dikatakan demikian, “Ayo makanlah daging banyak-banyak." Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang lain lagi, rupanya seperti macan tutul. Ada empat sayap burung pada punggungnya. Lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan. Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan, ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi. Ia melahap dan meremukkan mangsanya, dan sisanya diinjak-injak dengan kakinya. Ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu. Lagipula ia bertanduk sepuluh. Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tumbuhlah di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu tercabut. Pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong.
Sementara akan terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya. Pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba. Takhta-Nya dari nyala api, rodanya dari api yang berkobar-kobar. Suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya. Beribu-ribu melayani Dia, dan beratus-ratus ribu berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-Kitab. Aku terus melihatnya karena tanduk kecil binatang keempat itu mengucapkan kata-kata sombong. Aku terus melihatnya sampai binatang itu dibunuh. Bangkainya dibinasakan dan dilemparkan ke dalam api yang membakar. Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka ditentukan sampai waktu dan saatnya. Aku terus melihat dalam penglihatan waktu malam itu, nampak seseorang serupa Anak Manusia datang dari langit bersama awan gemawan. Ia menghadap Dia yang telah lanjut usia-Nya dan diantar ke hadapan-Nya. Kepada yang serupa Anak Manusia itu diserahkan kekuasaan, kehormatan dan kuasa sebagai raja. Dan segala bangsa, suku dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal adanya dan kerajaan-Nya takkan binasa.

WAITEBA adalah sebuah tragedi yang masih menyisakan luka bagi masyarakat Lembata pada khususnya dan Flores Timur pada umumnya. Rabu, 18 Juli 1979, gelombang pasang setinggi 50 meter menghempas pesisir selatan Pulau Lembata, mengubur kota kecamatan tersebut, memangsa ratusan nyawa dan meninggalkan luka dalam bagi yang selamat. Ternyata ada kisah heroik yang diperankan oleh Camat Atadei saat itu, Bp. Yusuf Dolu. Sebulan sebelum kejadian itu, ia memindahkan ibukota kecamatan dari Waiteba ke Karangora, termasuk memindahkan sebuah SD dan SMP. Itu dibuatnya setelah bertemu dengan tiga ahli geologi dari Bandung yang meneliti langsung tempat itu. Kemarahan Gubernur NTT saat itu, Ben Mboi, ditanggung dengan tabah. Ternyata ia benar. Walaupun banyak korban karena tak mendengar suaranya, setidaknya ia tidak menyalahkan dirinya, karena ia telah berbuat yang benar.

MEMBACA tanda jaman. Itulah pesan Kristus kepada para murid. Itulah pesan tersirat nubuat Daniel. Kerajaan Allah tidak memiliki bentuk fisik. Tak ada strata politik atau sistem pemerintahan. Tak ada kekuatan penegak hukum. Tak ada network multi elemen seperti yang banyak berlaku dalam kehidupan biasa. Kerajaan Allah merupakan kondisi spiritual di mana manusia mengalami kehadiran intens Tuhan yang mencintai dan memberi keselamatan kepada semua orang yang layak diselamatkan. Nubuat Daniel adalah visi apokaliptik yang lebih bersifat simbolis, bahwa tidak mudah bagi umat Allah mewujudkan Kerajaan Allah, karena selalu ada perlawanan yang sangat kuat. Binatang-binatang itu adalah simbol dari lawan Kerajaan Allah. Walaupun Tuhan lebih berkuasa, lawan-lawan itu mendatangkan penderitaan hebat. Umat Allah haruslah selalu berjaga-jaga.

PEZIARAHAN iman menuntut kewaspadaan kita, karena sering kali lawan-lawan Kerajaan Allah mengelabui kita. Lawan yang cerdik itu ibarat serigala berbulu domba, lembut terlihat tetapi keji sesungguhnya. Secara kasat mata mungkin tidak dapatlah dilihat perangkap kegelapan itu, tetapi hati yang jeli memiliki intuisi yang menuntun. Intuisi rohaniah itu bertumbuh berkat kedekatan kita dengan Tuhan. Kepekaan itu diasah melalui pengalaman kejatuhan dan pertobatan. Dasar dari semuanya adalah kerendahan hati, di mana Tuhan selalu mendapat tempat utama. (ap)

Tuhan Yesus Kristus, jadikanlah nurani kami penuntun yang jernih di tengah kebingungan kami memilah mana kawan dan lawan. Amin!

(c) 2017 twm


Mazmur Tanggapan (Dan 3:75-81)

KIDUNG dan REFRAIN;  
Pujilah Tuhan, hai gunung gemunung.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala yang bergerak di air.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai unggas di udara.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi.
       U: Pujilah dan luhurkanlah Dia selama-lamanya.
 


Jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Luk 21:29-33)

Pada waktu itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-muridNya, “Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kalian melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kalian tahu dengan sendirinya, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sungguh, angkatan ini takkan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi sabdaKu takkan berlalu.”


HARI SEBELUMNYA  |  INDEX  |  HARI BERIKUTNYA
(Teks bacaan diambil dari Buku Bacaan Misale Romawi Indonesia, terbitan Obor, Jakarta)      


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge