Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
         
Firman Tuhan untukku hari ini...
 
Betapa dalamnya Sabda Alkitabiah.
Semoga kita memperlakukannya dengan penghargaan yang tinggi (St. Arnoldus Janssen
)
 
  Yesus naik ke dalam sebuah perahu, yaitu perahu Simon, menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu IA duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai, Ia berkata kepada Simon, "Bertolaklah ke tempat yang lebih dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab, "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." (Luk 5:3-5)  
   
   
 
 
Februari 2021
  MASA BIASA PEKAN 5
 
REFLEKSI BULAN INI
Mg
Sn
Sl
Rb
Km
Jm
Sb
  1 2 3 4 5
28            

Kamis, 11 Februari 2021
 
  St. Perawan Maria dari Lourdes  
 
UJUD GEREJA INDONESIA:
Semoga keluarga Katolik makin berani belajar menghayati spiritualitas tinggal di rumah yang menuntut anggota-anggota keluarga untuk saling memahami kelemahan dan saling menguatkan dalam menghadapi setiap masalah.
 
 
Kej 2:18-25 | Mzm 128:1-5 | Mrk 7:24-30


Tuhan membawa Hawa kepada Adam, dan keduanya menjadi satu daging (Kej 2:18-25)

Tuhan Allah bersabda, “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja! Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Maka Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nya lah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana manusia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak. Ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil satu rusuk daripadanya lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nya lah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.


Mazmur Tanggapan (Mzm 128:1-2.3.4-5; R: 1a)

Refren: Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan.

  1. Berbahagialah orang yang takwa pada Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
  2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
  3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion; boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu.


Bait Pengantar Injil (Yak 1:21)

    Alleluya
        Terimalah dengan lemah lembut Sabda Allah yang tertanam dalam hatimu,
        sebab Sabda itu berkuasa menyelamatkan kamu.
    Alleluya


Anjing-anjing pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak (Mrk 7:24-30)

Pada waktu itu Yesus meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak mau bahwa ada orang yang mengetahuinya. Tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan . Malah di situ ada seorang ibu yang anak perempuannya kerasukan roh jahat. Begitu mendengar tentang Yesus, ibu itu datang dan tersungkur di depan kaki-Nya. Ibu itu seorang Yunani berkebangsaan Siro-Fenisia. Ia mohon kepada Yesus supaya mengusir setan dari anaknya. Yesus lalu berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Tetapi ibu i t u menjawab, “Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Lalu Yesus berkata kepada ibu itu, “Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” Ibu itu pulang ke rumah dan mendapati anaknya terbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

SETIAP budaya memiliki persepsi berbeda tentang tubuh manusia, apakah itu bernilai mulia atau sumber nafsu kebinatangan. Dalam banyak budaya, ketelanjangan identik dengan nafsu, rasa malu, harus dihindari atau disembunyikan dari pandangan orang lain. Dalam budaya lain, ketelanjangan itu natural, selaras alam, maka tak ada yang perlu disembunyikan. Filosofi dasar ini berpengaruh besar dalam cara memperlakukan orang lain, khusus lawan jenis. Perempuan atau laki-laki dapat dilihat tidak lebih daripada pemuas nafsu seks, tetapi dapat juga menjadi simbol seni dan kemuliaan, keperkasaan dan kekuasaan, dan sebagainya. Mengubah cara memandang orang dapat mengubah kepribadian orang tersebut, yang potensial membawa banyak masalah.

MENYEBUT perempuan itu sebagai "anjing" tidak menunjukkan kekasaran Yesus tetapi keadaan riil perempuan. Di lingkungan orang Yunani, anjing itu simbol kenajisan. Ketika seseorang disebut anjing, ia adalah manusia tak bermoral. Namun Yesus tak menggunakan sudut pandang itu. Ia menunjukkan keterbukaan. Benar, Ia menyebut anak-anak yang pertama harus diberi makan. Anak-anak merujuk ke orang Israel yang sudah memperoleh pewahyuan Allah mendahului bangsa lain. Pertama tetapi bukan satu-satunya. Karena itu, penolakan orang Yahudi atas Yesus justru jadi peluang bagi orang asing menerima firman. Pandangan Yesus di sini sama sekali tidak menghina, tetapi justru mengatakan, bahwa walaupun hidup moral perempuan itu tidak dihargai orang Yahudi, ia layak mendapat pertolongan karena imannya. Perempuan itu merupakan representasi bangsa-bangsa asing yang merindukan wahyu diri Allah. Ketika ada kesempatan di depan mata, mereka tak akan mengabaikannya.

UNTUK bisa mewartakan firman Tuhan kepada orang lain secara efektif, kita tidak bisa hanya mengandalkan argumentasi dari sudut pandang kita. Kita perlu menyelami sudut pandang orang lain, bahkan mengadopsi filosofi hidup dan pola budaya setempat untuk memberitakan Injil. Menurut tradisi, Wali Songo memakai wayang untuk berdakwah mengislamkan penduduk Pulau Jawa. Itu cara yang diterima dan dipahami masyarakat. Kita dapat mengadopsi pola serupa dalam konteks sosial. Firman bisa dibahasakan dalam situasi dan kondisi setempat, sehingga orang merasa tersapa. Ketika mereka merasa dihargai, inti pengajaran Kristus akan lebih gampang disampaikan. (ap)

Tidak mudah bagi kami untuk menerima perbedaan, ya Yesus, tetapi teruslah mendorong kami untuk menghargainya demi Kerajaan-Mu. Amin.

© 2021 twm

HARI SEBELUMNYA  |  INDEX  |  HARI BERIKUTNYA
(Teks bacaan diambil dari Buku Bacaan Misale Romawi Indonesia, terbitan Obor, Jakarta)      


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge