Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
 
 Komunitas SVD Batam
"Aku sepenuhnya menyerahkan diriku kepada kehendak Tuhan dan membiarkan Ia mewujudkan keinginanNya atas diriku. Jika Ia mengijinkan sesuatu yang lebih berat menimpa diriku, aku masih tetap siap sedia dan menerima semuanya dari tanganNya "
(Arnoldus Janssen)

"Tugas kita yang paling utama ialah mewartakan Sabda. ... Pewartaan kita haruslah demikian rupa, sehingga ia memancarkan keagungan Kabar Gembira, dan dengan demikian orang dapat mengakui amanat Allah dalam kata-kata kita" (Konstitusi SVD 107)


 
Perginya Sang Misionaris, Saudara dan Sahabat
 
   
   
 
Untuk mengenang P. Theodorus T. Ballela, SVD
 
   
 
oleh P. Aurelius Pati Soge, SVD
 
   
 
 

"Para penumpang kami yang terhormat. Sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara Internasional Hang Nadim, Batam. Silahkan kembali ke tempat duduk, mengenakan sabuk pengaman, menegakkan sandaran kursi dan melipat meja di depan anda!"

Pengumuman pramugari Garuda Citylink yang membawaku dari Juanda Surabaya ke Batam, tempat misiku yang baru membuyarkan lamunanku. Sudah hampir dua jam aku melayang di atas Laut Jawa. Dari jendela kabin pesawat aku memandang awan-awan putih melayang-layang di atas pulau-pulau yang terhampar di atas lautan yang biru. Itu Kepulauan Riau! Tempat tugasku yang baru. Sudah pernah kunjungi pulau ini sebelumnya, namun tak urung hatiku berdebaran juga. Pengalamanku mengembara di beberapa negara seakan terlupakan. Siapa yang menanti diriku di Bandara? Siapa yang menjemputku? Seribu satu pertanyaan hinggap di batinku, sejenak diliputi keraguan, mengingat situasi di seputar diriku yang kuhadapi menjelang bermisi di tempat yang baru ini.

   
     
     
     
     
     
     
     
     
 
 

Selasa, 1 Juni 2010. Pesawat yang kutumpangi mendarat mulus. BATAM! Pulau yang secara khusus dikembangkan menjadi sentra ekonomi dalam derap pasar bebas lengkap dengan segala buah positip dan negatip. Magnet ekonomi telah menarik orang dari berbagai bangsa dan bahasa. Dari pelosok-pelosok Indonesia dan dunia, orang datang untuk mengais rejeki. Namun sejalan dengan itu, di sana sini muncul juga problematika sosial dan moral yang membutuhkan jawaban. Di tempat ini aku akan memberikan sebagian dari diriku untuk pelayanan misioner. Keraguan sempat terbersit walau sejenak. Mampukah aku?

Menunggu di bagasi, aku mendapat pesan teks dari misionaris muda di Batam, Pastor Ketut Supriyanto. "Kami sudah menunggu di pintu kedatangan", begitu pesan pendek itu. Hatiku lega! Sambil mendorong kereta bagasiku, aku melangkah keluar. Kulihat Pastor Ketut menanti dengan senyumnya yang khas, dan di belakangnya berdiri sosok yang kukenal dalam balutan kaus jersey merah, misionaris senior P. Theodorus Tidja Ballela, SVD. "Selamat datang, Dik", sapanya ramah sambil menjabat tanganku dan merangkul diriku. Aku tahu aku tidak sendirian di sini! Begitu kata hatiku berbisik.

Beberapa Biodata Penting

Nama:
Lahir:
Tahbisan Imam: Meninggal:

Karya:

Theodorus Tidja Ballela
Lewolere, 4 April 1942
Waibalun, 15 Juli 1972
Jakarta, 16 Oktober 2011

1982-1985 : Direktur Kawali Kupang
1985-1993 : Direktur KKI Nasional, Jakarta
1986-2010 : Wakil Ketua YBBH Veritas, Jakarta
1993-1996 : Wakil Provinsial SVD Jawa
1998-2000 : Rektor Universitas Timor Timur
2000-2002 : Rektor Universitas Timor

 
   
   
   
   
   
   
   
   
   
 
     
     
     
 
* * * * *
 
 

Jamuan pertama adalah sup ikan di restoran sea-food "Yongkee" di Batam Centre. Rasa ikan yang khas dan suasana persaudaraan yang kental. "Sudah lama kami ingin ada orang seperti 'No' ini", katanya dengan sapaan kental Larantuka. "Bible Centre harus berjalan dan untuk itu harus ada yang mau mengurusnya secara serius." Ada rasa bangga menyelinap di hatiku karena merasa dibutuhkan, tetapi juga ada tantangan serius dari seorang misionaris yang berpengalaman.

Hari pertama diisi dengan introduksi ke Bible Centre, Pulau Rempang dan berlabuh di sebuah warung terapung di dekat Jembatan IV Barelang. Percakapan akrab terlahir dan membuahkan rasa persahabatan. Dalam kurun waktu lebih dari setahun hidup dalam komunitas yang sama, rasa persahabatan ini menjembatani banyak hal. Dari disiplin ilmu yang berbeda, sering kali nampak perbedaan cara pandang atas satu masalah yang sama. Sempat muncul debat-debat yang tajam. Namun agaknya rasa persahabatan itu menjalin kebutuhan untuk saling mengisi, sehingga perbedaan rasa dan pendapat dengan mudah disatukan dalam kesamaan visi. Agaknya perbedaan usia dan latar belakang tak menghalangi kedekatan.

Sambil mencari-cari bentuk pelayanan yang tepat untuk misiku masa depan di Bible Centre, aku mengamati ketelatenannya dalam bermisi. Profesinya di bidang hukum sipil telah membantu banyak orang. Pelayanan pastoral dan sakramen untuk umat dengan setia dijalani. Tak ada Ekaristi tanpa persiapan tertulis untuk pengantar dan kotbah. Dan ada satu hal yang kelihatannya kecil tetapi sangat menyentuh nuraniku, yakni setia mengirim teks Kitab Suci melalui sms kepada teman-teman, menimba inspirasi dari bacaan Injil hari tersebut. Ia menyebutnya sebagai SARI FIRMAN. Ketika ia tak lagi mampu mengirimnya, banyak orang mulai mencarinya karena kehilangan.

Semua karya dan keterlibatan dalam pelayanan selama hampir empat puluh tahun imamat akhirnya menemukan titik nadir. Komplikasi penyakit yang diderita memaksa dirinya untuk berbaring di ranjang sakit.

Selasa, 11 Oktober 2011, di samping ranjang sakit itu aku berdiri memandang tubuh yang sudah kurus dan ringkih. Percakapan yang panjang dan mendalam masih sempat terjadi. Ada pesan, ada nasehat, ada harapan. "Yang harus kita lakukan ialah kehendak Yesus", demikian katanya berulang-ulang.

Rabu, 12 Oktober 2011, pagi. Ketika aku berpamit kembali ke Batam, tangan yang sudah lemah itu terulur memberkatiku. Aku berusaha sekuat tenaga agar tetap tegar, tetapi tak urung air mata yang menitik. "Pater, saya berjanji, kita akan bertemu lagi", kataku dengan suara lirih dan mata berkaca-kaca. "Yah, kita akan bertemu lagi", sahutnya. Ternyata itulah kata-kata terakhir yang kudengar.

 
 
* * * * *
 

bersama Mgr. Hilarius Moa Nurak
 

Minggu, 16 Oktober 2011. Pukul 00.15 WIB. Misionaris, saudara dan sahabat itu sampai di ujung ziarahnya. Rekan seimamat, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, uskup Pangkalpinang, berkenan mempersembahkan misa requiem untuknya di Gereja St. Yosef, Matraman Raya, Jakarta, pada hari Minggu sore itu. Dan akhirnya, sebuah misa requiem juga menghantarnya ke pelabuhan terakhir, pekuburan Kembang Kuning Surabaya. Seorang imam yang mencintai imamatnya memang layak dihantar dengan Ekaristi Kudus dalam misa konselebrasi, wujud kolegialitas imamat.

Senin, 24 Oktober 2011. Di mimbar Gereja St. Petrus, Lubuk Baja, Batam. "Aku berdiri di sini, bukan untuk menyerukan litania pujian bagi almahrum, tetapi lebih untuk mengungkapkan gerak hati seorang imam misionaris yang kehilangan rekan, saudara dan sahabatnya. Pesan pokok yang kiranya selalu kita ingat, ialah makna Roti Hidup. P. Theo telah membuktikan kesetiaannya pada Sang Roti Hidup. Ia sudah mengakhiri pelayanan yang penuh dengan kekuatan dan kelemahan, keberhasilan dan kegagalan, kejatuhan dan kebangkitan. Semoga ingatan akan dia mendorong kita untuk lebih setia pada satu-satunya sumber hidup, yakni Yesus Kristus, Sang Roti Hidup. Ingatlah selalu kata-katanya: Yang harus kita lakukan ialah kehendak Yesus!"

 
   
   
   
   
   
   
   
   
     
     
* * * * *
 
 

SEDIANYA Pater Theo akan menempati kamarnya di Biara Ratu Rosari, Komunitas SVD Batam, sesudah pulang dari perawatan tersebut. Ternyata ia tak pernah menempati kamar yang sudah disiapkannya tersebut. Namanya masih tertera di pintu kamar, untuk mengenang pribadinya yang telah banyak berjasa bagi perkembangan misi SVD di Batam.

Selamat jalan, saudara, kolega dan sahabatku. Beristirahatlah dengan tenang, engkau pantas memperoleh ganjaran itu. Doakanlah kami yang masih terus berziarah di dunia ini.

 
   
   
 
 
 

ARTIKEL TERKAIT:

 


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge