Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
 
 Misi SVD di Batam
"Aku sepenuhnya menyerahkan diriku kepada kehendak Tuhan dan membiarkan Ia mewujudkan keinginanNya atas diriku. Jika Ia mengijinkan sesuatu yang lebih berat menimpa diriku, aku masih tetap siap sedia dan menerima semuanya dari tanganNya "
(Arnoldus Janssen)

"Tugas kita yang paling utama ialah mewartakan Sabda. ... Pewartaan kita haruslah demikian rupa, sehingga ia memancarkan keagungan Kabar Gembira, dan dengan demikian orang dapat mengakui amanat Allah dalam kata-kata kita" (Konstitusi SVD 107)



DUA MISIONARIS pertama menginjakkan kaki di Pulau Batam di tahun 1990 untuk mengawali keterlibatan misi SVD di wilayah Keuskupan Pangkalpinang. Belum lama berselang, tepatnya di tahun 1987, seorang SVD, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, diangkat oleh Vatikan menjadi uskup di Keuskupan Pangkalpinang. Atas inisiatipnya, Pulau Batam yang hingga hari itu menjadi satu stasi dari Paroki Tanjungpinang, dibuka untuk pelayanan oleh para misionaris Serikat Sabda Allah (SVD). Misionaris pertama yang merintis karya ini ialah P. Allan Geogehan Nasaraya dan P. Stanislaus Kalawair.

Sesudah dua misionaris awal, ada sejumlah misionaris telah ditempatkan di tempat ini, antara lain P. Albert Novena, P. Josef Due, P. Josef Purwotjahjanto, P. Hilario Salinas, P. Bartholomeus Joko Sunaryo, P. Petrus Sarbini Purbowarsito, P. Venantius Supriyono, P. Antonius Kedang, P. Theodorus T. Balella, Br. Redemptus Kedang, P. Laurensius Ketut Supriyono, P. Benediktus Ratuwalu, P. Aurelius Pati Soge, P. Antonius Sarto Mitakda dan P. Sebastianus Ndona. Dua misionaris terakhir tercatat sebagai penyelenggara terakhir pastoral parokial SVD di Batam, Januari 2013.


TIRTA WACANA: SVD Bible Centre

Gereja St. Petrus, Lubuk Baja
  Diawali dari paroki  
 

Pada tanggal 9 September 1991, Uskup Pangkalpinang, Mgr. Hilarius Moa Nurak, mengeluarkan Surat Keputusan pembentukan paroki baru di Batam, terlepas dari paroki induk di Tanjung Pinang, dengan pusat paroki di Lubuk Baja. Perlahan-lahan, umat membangun diri di bawah pendampingan para misionaris SVD yang diserahi tanggung jawab penggembalaan tersebut. Karena hakekat dari karyanya, pusat perhatian para misionaris saat itu adalah karya paroki untuk memperkuat sendi-sendi kehidupan umat Katolik. Batam di saat itu sudah dirancang menjadi sentra ekonomi industri yang menarik banyak orang, baik dari dalam negeri Indonesia sendiri maupun para pekerja migran dari manca negara. Akibatnya, Batam terbentuk menjadi sebuah miniatur Indonesia berawajah kosmopolitan, anonim dan berorientasi ekonomi. Di tengah aneka keunikan sosial ini lah para misionaris SVD ditantang untuk secara kreatif mengembangkan umat Allah, menampilkan wajah Gereja Kristus yang membawa pesan-pesan keselamatan dan harapan bagi banyak orang.

Titik awal yang sederhana ini ternyata membuahkan banyak hasil yang menggembirakan. Ditunjang oleh sejumlah katekis dan aktivis awam yang ulet, para misionaris mulai mengembangkan sayapnya ke berbagai pelosok pulau. Satu per satu komunitas-komunitas memperkuat diri dan berpikir untuk membentuk paroki-paroki baru. Lahir tiga paroki baru, yakni (1) St. Damian Bengkong, yang pengelolaannya diserahkan kepada para misionaris SSCC, (2) Kerahiman Ilahi Tiban dan (3) Maria Bunda Pembantu Abadi Batuaji yang dilayani oleh para imam praja Keuskupan Pangkalpinang. Selain empat paroki ini, ada juga stasi-stasi kecil yang menyebar di berbagai tempat seperti Pancur, Bidaayu, Mukakuning, Kabil, Pulau Todak, Belakang Padang, Galang, Tanjung Ucang, Tanjung Uma, dan sebagainya.

 

 
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
  Sejalan dengan pertumbuhan umat dan kebutuhan liturgi dan pelayanan, pada tanggal 29 Juni 2005 dimulailah pembangunan gereja baru untuk menggantikan gereja lama yang sudah tidak lagi memadai. Tentu saja butuh biaya yang sangat besar, namun yang paling utama adalah komitmen yang tinggi dari umat Allah untuk mewujudkan impiannya, memiliki sebuah tempat ibadah yang jauh lebih representatip. Perjuangan itu akhirnya terwujud, ketika pada tanggal .... ..... ....., Gereja St. Petrus, Paroki Lubuk Baja, Batam, diresmikan dan diberkati oleh Uskup Pangkalpinang, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, bersama dengan Ketua KWI (Konperensi Wali Gereja Indonesia) - yang juga uskup Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM.Cap  
           
English Ministry: pelayanan khusus kaum ekspatriat

Peranan Batam sebagai sentra ekonomi industri menarik banyak orang untuk mencari peruntungan di pulau ini, bukan saja orang-orang Indonesia tetapi juga warga negara asing. Kehadiran mereka membuka front baru pelayanan kategorial. Atas prakarsa P. Allan Geogehan Nasraya, seorang WNI keturunan Irlandia, dimulailah pelayanan misa berbahasa Inggris. Inisiatip awal itu didukung penuh oleh kaum awam, antara lain Dr. Sugiarto, yang dengan segala kesederhanaannya menyiapkan prasana kecil seperti mengetik lagu-lagu, menyiapkan perayaan dan sebagainya. Pelayanan ini tetap dipelihara, terutama dengan kehadiran P. Hilario Salinas, misionaris asal Filipina. Di samping jasa para misionaris, tak dapat dipungkiri, kalau pelayanan ini berkembang karena komitmen kaum awam yang ingin terlibat di dalam evangelisasi Kristiani. Pasangan Danee dan Maria So tercatat sebagai salah satu pilar yang berjasa membesarkan pelayanan khusus ini. Ketika Gereja St. Petrus dibangun, pelayanan dialihkan ke Bible Centre, Sukajadi, hingga saat ini. Kendatipun mengambil tempat di area komunitas SVD, secara resmi pelayanan ini milik Paroki St. Petrus, Lubuk Baja. (KLIK untuk lihat lebih lanjut tentang International Ministry)

Akhir keterlibatan di paroki

sejumlah umat asal India menghadiri perayaan di Bible Centre
Akhir tahun 2012, Ukup Pangkalpinang, Mgr. Hilarius Moa Nurak, SVD, menyampaikan, bahwa kesepakatan kerja antara SVD Provinsi Jawa dan Keuskupan Pangkalpinang menyangkut paroki Lubuk Baja tidak diperpanjang. Itu berarti, para misionaris SVD tidak lagi melayanan paroki tersebut. Perjalanan panjang dari tahun 1990 diakhiri pada tanggal 6 Januari 2013 dengan penyerahan kembali reksa pastoral Paroki St. Petrus Lubuk Baja ke pihak Keuskupan Pangkalpinang. Secara resmi SVD Provinsi Jawa juga menarik semua personelnya dari karya pastoral Keuskupan Pangkalpinang. Dua misionaris terakhir yang menjadi saksi berakhirnya kiprah misioner di paroki ini adalah P. Antonius Sarto Mitakda dan P. Sebastianus Ndona. Kendatipun demikian, komunitas SVD yang sudah memiliki rumah biara di Bukit Indah Sukajadi masi tetap dipertahankan dan akan coba meneruskan kiprah misionernya ke bidang kategorial. Menjadikan Biara Ratu Rosari Sukajadi sebagai basis, kiprah misioner itu akan terus digali dan diperdalam. Mengingat tak ada lagi karya khusus milik keuskupan yang ditangani, komunitas SVD Batam memusatkan perhatian pada karya propria tarekat, sesuai dengan warna kharisma dan spiritualitas kongregasi.
   
   
   
   
   
   
   
   
 

Redefinisi peranan misi SVD Batam

Tantangan terbaru untuk komunitas misi SVD Batam ialah, bagaimana menempatkan diri di tengah bingkai pastoral umat menurut garis kebijakan keuskupan. Pertama-tama, komunitas SVD tidak dapat mengambil kebijakan sendiri yang tidak sejalan dengan prioritas keuskupan. Selanjutnya, komunitas bisa menawarkan pelayanan-pelayanan kategorial berupa pendalaman iman, pelayanan Kitab Suci, doa dan devosi, animasi misi, kelompok dengan karakter dan kebutuhan khusus, dan sebagainya. Sementara itu, gerakan SOVERDIA (Awam SVD) menjadi prioritas. Demikian juga pelayanan Kitab Suci sebagai implementasi konkrit matra khas SVD, yakni Biblical Word. Semua ini membawa komunitas SVD pada suatu gerakan transformasi diri dan mengalami satu proses passing-over yang paling nyata. Di bawah dukungan komunitas SVD se-provinsi, dan terutama Distrik SVD Sumatera Utara, Bible Centre akan terus dikembangkan menjadi satu pusat pelayanan rohani Katolik dengan multi wajah.
   
   

kegiatan anak-anak di Bible Centre
   
   
   
   
   
   
   
   
 
   
* * * * *
     
 
Memandang pekembangan ini, mungkin banyak yang berpikir, mengapa tidak meninggalkan Batam? Mengapa terus bertahan di tempat ini? Jawabannya sangat melekat erat pada definisi baru misi SVD yang disebut sebagai Dialog Profetis, di mana misi itu tidak melekat pada teritori tertentu saja melainkan pada situasi-situasi garis depan, di mana setiap misinaris harus menjadi ksatria-ksatria tanggung yang terus berjuang untuk memenangkan perang rohaniah, demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan banyak orang.
 
   
   
   
 
 

ARTIKEL TERKAIT:

   


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge