Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
.
  Orang-orang Kudus
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus senantiasa menerima dirimu di dalam kasih ilahiNya, dan melalui kasih itu kiranya Ia mencurahkan karunia agungNya bagi jiwa dan ragamu (St. Arnoldus Janssen)
 
"Dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, kita memuji Allah karena karya-karyaNya yang besar dalam diri para malaikat dan orang kudusNya. Kita memohon pengantaraan mereka serta berusaha untuk mengikuti teladan mereka" (Konstitusi SVD no. 406)
 
 
 

             
  Beato Stanislaus Kubista:      
  Penganiayaan Itu Sangat Keji  
oleh Aurelius Pati Soge, SVD
 
.
 

 
 

STANISLAUS KUBISTA lahir pada tahun 1889, dari sebuah keluarga miskin di Kostuchna , Silesia. Ia adalah putra kelima dari sembilan orang bersaudara, dan ia dibesarkan dalam suasana yang sangat religius. Rumah Kubista sering kali dikunjungi oleh seorang bruder SVD yang menjual majalah ke wilayah itu. Maka, Stanislaus sudah kenal dengan para misionaris sejak kecil. Pada usia 14 tahun, karena sudah terpesona oleh cita-cita misioner, ia masuk seminari menengah SVD di Nysa. Perang Dunia I untuk sementara menghentikan studinya, karena ia dipanggil untuk dinas militer. Akan tetapi, ia tidak meninggalkan impiannya untuk menjadi misionaris. Segera setelah perang berakhir ia kembali lagi ke Nysa untuk melanjutkan pendidikannya. Pada tahun 1920 ia masuk novisiat di St. Gabriel, Austria. Di sana ia juga menyelesaikan studi teologi serta pendidikannya sebagai biarawan-misionaris. Ia mengikrarkan kaul-kaul kekalnya pada tanggal 29 September 1926 dan ditahbiskan menjadi imam pada bulan Mei 1927. Oleh para formator dan teman-teman kelasnya, ia diakui sebagai seorang yang lemah lembut, bersahaja, tawakal, tenang dan selalu rela berkorban.

P. Stanislaus terkejut ketika ia mendapat penunjukan sebagai misionaris di Polandia, bukan di Cina, Filipina atau Papua Nugini sesuai lamarannya. Para pembesarnya menghendaki ia berkarya di sana, karena regio yang baru itu membutuhkan tenaga. Ia melihat keputusan ini sebagai kehendak Tuhan. Ia rajin dan kreatif serta mampu menyelaraskan tugasnya sebagai ekonom regio dengan tanggung jawab publikasi. Ia sadar bahwa masa depan Serikat – dan juga evangelisasi di Polandia – bergantung pada sarana komunikasi modern. P. Kubista mendesak agar regio yang baru itu memiliki percetakan sendiri. Tahun 1931, ia mendapat izin mendirikan percetakan. Berkat usahanya, SVD Polandia semakin terlibat dalam kerasulan pers. Hal ini membuat SVD dikenal sebagai tarekat biarawan-misionaris. Ia menjadi penyunting majalah Skarb Rodzinny (Khazanah Keluarga), Poslaniec sw Jozefa (Bentara St. Yosef) dan Maly Misjonarz (Misionaris Kecil). Pada tahun 1934, oplah Skarb Rodzinny mencapai 11.000 cetakan. Pada tahun 1938, jumlah ini meningkat mencapai 26.000. Sukses serupa terjadi juga dengan kalender misi kecil untuk anak-anak dan kalender misi yang lebih besar untuk keluarga.

 
 

Karena P. Kubista sendiri banyak menulis untuk majalah-majalah ini, ia juga dikenal sebagai seorang penulis. Ia sering mengedepankan gagasan misi untuk khalayak ramai . Ia juga menaruh minat pada nilai budaya-budaya yang lain , suatu pola pikir yang terbilang melangkahi zamannya , karena tidak biasa di saat itu . K arena minatnya ini, ia menulis sebuah drama misi mengenai orang-orang Inka di Peru, untuk pentas teater yang berjudul “Salib Dan Matahari” , dan bahkan merancang sendiri dekor asi dan kostum untuk pentasan tersebut .

Kerasulan di bidang komunikasi ini langsung terhenti ketika perang dunia kedua berkecamuk. Pasukan Jerman memasuki Polandia di tahun 1939. I a menjadi tahanan rumah di Go r na Grupa. Tanpa daya ia harus menyaksikan bagaimana percetakannya dihancurkan dan semua publikasi dilarang terbit. Pada tanggal 5 Februari 1940, ia dibawa ke kamp konsentrasi di Stutthof , bersama dengan sejumlah imam SVD lain . Sejumlah tahanan yang selamat berceritera, bahwa kondisi kamp sangat buruk, udara sangat dingin dan para tahanan diperlakukan dengan kejam, kerja rodi dan selalu kelaparan. Walaupun demikian, d alam situasi ini ia tetap memperlihatkan sikapnya yang lemah lembut, bersahaja, tenang serta menaruh perhatian pada orang lain .

Dua bulan kemudian para tahanan tersebut dipindahkan ke sebuah penjara dekat kota Berlin, Jerman , yakni kamp Orienburg-Sachsenhausen. Seorang saksi mata mengatakan, bahwa kondisi badannya sangat lemah akibat radang paru-paru dan usus. Tiga hari lamanya ia terbaring tak berdaya di lantai ruang cuci, yang menjadi tempat pembuangan terakhir para tahanan yang sekarat. P. Dominic Josef, salah seorang tawanan lainnya. menutupi tubuhnya dengan selimut. P. Stanislaus berbisik kepadanya, "Semuanya ini akan berakhir. Tuhanku, saya tak berdaya lagi. Terjadilah kehendak-Nya." Walaupun dilarang, P. Dominic mendengarkan pengakuan dan memberikan absolusi kepadanya .

Tanggal 26 April 1940, kepala penjara memasuki barak dan melihat Pater Kubista yang terbaring lemah. Dengan suara keras, ia berkata kepada Pater Kubista, “Engkau sudah tidak layak lagi untuk hidup!” Lalu dengan dingin dan kejam ia pun melompat ke atas tubuh P. Kubista, menjejakkan satu kaki di dada dan kaki lainnya di leher. Ia menghancurkan tulang dada dan lehernya, hingga tak lama kemudian Pater Kubista wafat di kaki kepala penjara tersebut. Seorang tahanan lain kemudian bertutur , "Kami mendengar kertak tulang-tulang yang patah serta gemertak cekikan yang terakhir. Kami tahu Pater Kubista sudah meninggal." Jenazahnya lalu dikirim ke krematorium kamp konsentrasi tersebut. Ketika itu usianya baru 42 tahun.P. Kubista menyerahkan nyawanya tanpa mengetahui mengapa penganiayaannya sedemikian keji. Namun dalam kematiannya pun ia mempertahankan martabatnya. Ia bisa berbuat demikian karena seluruh hidupnya penuh keagungan tanpa banyak kata.

 
  PESTA / PERINGATAN: 12 JUNI  
(tulisan dihimpun dan dikompilasi dari berbagai sumber)
 
 
 

Artikel terkait:

 
 
     
 
   
 


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge