|
||||||||
Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642 | SEARCH:
|
|||||||
SVD Batam | SOVERDIA (Awam SVD) | Pelayanan Kitab Suci | Pelayananan Internasional | Liturgi dan Devosi | Tirta Wacana |
---|
. |
---|
Orang-orang Kudus | Semoga Allah Tritunggal Mahakudus senantiasa menerima dirimu di dalam kasih ilahiNya, dan melalui kasih itu kiranya Ia mencurahkan karunia agungNya bagi jiwa dan ragamu (St. Arnoldus Janssen) |
||||
---|---|---|---|---|---|
|
|||||
Kanonisasi St. Yoseph Freinademetz: | ||||||
Kisah Dari Negeri Para Samurai | oleh Aurelius Pati Soge, SVD |
|||||
. |
||||||
GEREJA tidak begitu saja memberi gelar orang kudus kepada setiap orang. Salah satu syarat yang dituntut ialah adanya mujizat dengan pengataraannya. Bagi St. Yoseph Freinademetz, kisah itu datang dari Kota Nagoya, Jepang. Bagaimana kejadiannya? YUN YAMADA (24 tahun), pada 16 Pebruari 1987, didiagnosa menderita leukimia akut di sebuah rumah sakit di Nagoya, Jepang. Dokter memutuskan untuk menjalankan kemoterapi. Kemoterapi tahap pertama ternyata tak membawa hasil apapun sehingga diputuskan untuk meneruskannya ke tahap kedua. Hasil tes laboratorium tanggal 9 Maret 1987 menunjukkan penurunan drastis sel-sel darah putih dan merah sekalipun dilakukan transfusi darah. Yamada pun menderita kesulitan pernafasan hebat dan gejala-gejala gangguan jantung serius. Tidak ada tanda harapan sedikitpun sehingga kaum keluarga mulai merencanakan penguburannya.Tanggal 13 Maret 1987, ketika keluarga sudah pasrah untuk menerima keadaan, seorang imam Serikat Sabda Allah (SVD) yang menjadi guru Yamada mulai berdoa novena kepada Beato Yosef Freinademetz, memohonkan kesembuhan bagi muridnya itu. Seorang imam lain mempersembahkan misa untuk intensi yang sama. Empat hari kemudian (17 Maret) keadaan fisik Yamada mulai berubah dan dua hari berselang (19 Maret) ia mulai sadar. Tes laboratorium tanggal 10 April 1987 menyatakan bahwa ia sama sekali sembuh dari leukimia walaupun masih menderita gangguan pernafasannya. Juli 1987 mulai nampak tanda-tanda kesembuhan dan tanggal 30 September 1987 ia dinyatakan sembuh total. Keuskupan Nagoya membentuk komisi penyelidik dan menyatakan bahwa kejadian tersebut sungguh-sungguh mujizat dan mengajukannya ke Tahta Suci. Akhirnya 3 Desember 2002, Vatikan menyatakan bahwa peristiwa itu sungguh mujizat Tuhan dengan perantaraan Beato Yosef Freinademetz. |
||||||
Kanonisasi yang meriah: penghormatan terhadap perjuangan sang misionaris. | Delegasi Korea dalam perayaan syukur kanonisasi di Basilika Santo Paulus, Roma |
|||||
Minggu, 5 Oktober 2003, merupakan hari bersejarah karena Tahta Suci Vatikan secara resmi mengumumkan penggelaran Santo kepada Beato Yoseph Freinademetz. Para superior jendral ketiga kongregasi (SVD, SSpS dan SSpSAP) mengajak seluruh anggota ketiga kongregasi dan para mitra awamnya untuk secara khusus merayakan hari bersejarah itu. Tema global yang dipilih ialah SATU HATI ANEKA WAJAH. Tema ini mencerminkan keragaman gerak misioner SVD masa kini yang menekankan misi sebagai situasi dan bukan teritori dengan empat penekanan karya dialogal: (a) dialog dengan para pencari iman dan orang-orang yang tak memiliki persekutuan iman, (b) dialog dengan kaum miskin dan marjinal, (c) dialog dengan orang-orang dari budaya lain, dan (d) dialog dengan orang-orang dari berbagai tradisi keagamaan dan ideologi-ideologi sekular. Legasi Yoseph Freinademetz agaknya jauh lebih panjang dari itu. Pada peringatan kematian Yosef yang ke-50, di tahun 1959, Kardinal Thomas Tien, SVD, yang di masa kecilnya sudah mengenal Yosef Freinademetz, memberi kesaksian, “Semua orang Kristen memandang Yosef sebagai seorang kudus yang masih hidup. Ia sangat ramah, sederhana dan rendah hati. Ia berbicara Bahasa China dengan baik. Semua yang bergaul dengannya sungguh mengaguminya dan merasa damai dengan kehadirannya. Seorang katekis, yang tidak terlalu suka dengan misionaris asing, berkata, ‘Fu Shen Fu (Yosef) sungguh seorang kudus. Ia sungguh berbeda dari yang lain.’ Ketika saya masih seminaris, saya melihat Yosef selalu berdoa di gereja. Melihatnya berlutut di depan tabernakel sungguh menjadi pengalaman yang menguatkan. Misionaris lainpun tidak kurang istimewanya. Namun bagi kami orang China, tingkah mereka sering kali terlalu agresif dan tak memperhatikan perasaan orang. Namun Yosef tidak demikian. Ia selalu siap untuk setiap orang, penuh pengorbanan bahkan sampai melupakan diri. Keimanannya sungguh alamiah dan menarik. Ia tetap tampil sebagai pribadi ramah. Ia sungguh seorang pribadi yang sempurna.” |
||||||
Artikel terkait: |
||||||
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge |