Jl. Kelapa Hijau - Bukit Indah Sukajadi - Batam 29642
SEARCH:

                 
  SVD Batam SOVERDIA (Awam SVD) Pelayanan Kitab Suci Pelayananan Internasional Liturgi dan Devosi Tirta Wacana  
.
  Orang-orang Kudus
Semoga Allah Tritunggal Mahakudus senantiasa menerima dirimu di dalam kasih ilahiNya, dan melalui kasih itu kiranya Ia mencurahkan karunia agungNya bagi jiwa dan ragamu (St. Arnoldus Janssen)
 
"Dalam persekutuan dengan seluruh Gereja, kita memuji Allah karena karya-karyaNya yang besar dalam diri para malaikat dan orang kudusNya. Kita memohon pengantaraan mereka serta berusaha untuk mengikuti teladan mereka" (Konstitusi SVD no. 406)
 
 
 

             
  Beata Josepha Hendrina Stennmanns:      
  Membuka Hati Bagi Cinta Tuhan  
disadur oleh Aurelius Pati Soge, SVD
 
.
 

 
 

HENDRINA STENNMANNS lahir di Issum, di dataran rendah Rhineland, Jerman, pada tanggal 28 Mei 1852, sebagai anak tertua dari tujuh bersaudara. Sebagai anak kecil, ia sudah menunjukkan perhatian pada kaum miskin dan menderita, yang sering dia lihat ketika menemani ibunya mengunjungi mereka. Ia juga merawat adik-adiknya. Selesai sekolah, ia juga membantu ekonomi keluarga dengan bekerja di pabrik tenun sutra. Ia seorang yang keibuan, periang, baik hati dan penuh belas kasih. Semua ini nampak dalam dirinya sejak ia masih sangat muda. Ia selalu berusaha mencari orang sakit dan yang membutuhkan pertolongan. Orang-orang juga sering mencari dirinya untuk meminta bantuan atau nasehat. Tanpa disadarinya, Tuhan sudah membentuk karakter dan bakat-bakat yang diperlukan untuk tugasnya di masa depan. Pada usia 19 tahun, ia bergabung dengan Ordo Ketiga Fransiskan. Ladang panggilan yang subur ini telah menumbuhkan di dalam dirinya semangat kesederhanaan, baik dalam hidup doa dan perlakuannya terhadap orang lain, maupun dalam imannya kepada Tuhan dan kesiapannya untuk mempersembahkan diri seutuhnya. Kerinduannya untuk menguduskan diri bagi Tuhan terus bertumbuh ketika ia menyerap semangat St. Fransiskus, tetapi politik Kulturkampf di Jerman tidak memungkinkan pola hidup membiara tersebut. Ketika ibunya mendekati ajal, Hendrina berjanji untuk memelihara adik-adiknya. Untuk sementara, kelihatannya panggilan hidup membiara itu meredup.

Beberapa tahun kemudian, atas dorongan ayahnya, Hendrina pergi ke Steyl, meminta Arnoldus Janssen untuk diterima di rumah misi tersebut sebagai pembantu di dapur. Tujuan utama ialah mendukung karya misi melalui pekerjaan dapur. Ketika itu ia mendekati usia 32 tahun, matang oleh hidup keluarga dan lingkungannya. Suratnya kepada Arnoldus Janssen menggambarkan hidup rohaninya dan keinginan terdalam untuk mempersembahkan diri bagi karya misi. Ia tidak memiliki rencana besar tetapi siap menjalankan apa pun yang ia yakini sebagai kehendak Tuhan pada saat itu. Melalui keputusan untuk hidup di rumah misi sebagai pembantu di dapur, ia melangkah turun ke anak tangga terbawa, seperti rekannya Helena Stollenwerk. Hidup yang penuh kerja keras dan mati raga dijalaninya selama lima tahun, menantikan saat kongregasi perempuan itu didirikan.

 
 

Tanggal 8 Desember 1889, bersama dengan beberapa perempuan lain, Hendrina menjadi postulant, dilanjutkan dengan Novisiat, hingga kaul pertama pada bulan Maret 1894. Sebagai biarawati, Hendrina mendapat nama Yosepha. Sr. Yosepha bertanggung jawab atas pekerjaan praktis di dalam rumah. Di kemudian hari ia menjadi pemimpin para postulant. Ia sangat memahami hakekat manusia dan mampu menghantar perempuan-perempuan muda ke dalam hidup membiara, dengan bijak sana dan penuh empati. Rumah biara dibuka untuk retret bagi kaum perempuan, sebuah karya kerasulan nyata yang membutuhkan keterlibatan penuh dari para suster. Untuk menunjang karya ini, mereka pun mulai belajar bahasa dan mengikuti kursus didaktik untuk menjadi guru. Tetapi Sr. Yosepha lebih dikenal karena hidup doanya. Ia semakin bergerak ke arah doa hening dan kontemplasi sejati di sela-sela tugasnya. Doa Rosario, doa suku jam, dan terutama doa “Datanglah, ya Roh Kudus” menjadi “mantra”-nya, yang membimbingnya untuk mengalami kehadiran Tuhan di tabernakel dan di dalam hatinya.

Ketika Sr. Maria (Helena Stollenwerk) beralih ke kongregasi Suster-suster Abdi Roh Kudus Adorasi Abadi (SSpSAP), Sr. Yosepha menjadi pemimpin komuntias suster-suster misi aktip. Walaupun banyak kerja dan beban tuntutan hidup komunitas yang semakin besar, ia tidak tenggelam dalam kerja semata-mata. Di lubuk hati terdalam, ia tetap menyatu dengan Tuhan dan memelihara kedamaian hati. Dalam bulan-bulan terakhir hidupnya, ia menderita sakit asma akut. Di atas ranjang kematiannya. Ia mewariskan kebijakan rohaniahnya kepada para suster. Tanggal 20 Mei 1903, ia pun menghembuskan nafas terakhir. Ungkapan terakhir yang keluar dari mulutnya ialah, “Datanglah, ya Roh Kudus!”

Memperhatikan kekudusan dan teladan hidupnya, Gereja berkenan menganugerahkan gelar “beata” kepada dirinya, pada tanggal 29 Juni 2008. Misa beatifikasi diadakan di Paroki Tegelen, dipimpin oleh Kardinal José Saraiva Martins, utusan khusus Paus Benediktus XVI.

 
  PESTA / PERINGATAN: 20 MEI  
(tulisan disadur dari teks Inggris: Josepha Hendrina Stennmanns )
 
 
 

Artikel terkait:

 
 
     
 
   
 


 
All stories by TIRTA WACANA Team except where otherwise noted. All rights reserved. | design: (c) aurelius pati soge