PEMBAHARUAN DIRI sesungguhnya merupakan sebuah proses yang tak kunjung henti karena merupakan sebuah dialektika sebab akibat. Langkah-langkah yang diambil hari ini merupakan buah dari proses masa lalu, dan akan menjadi sebab untuk proses pembaharuan di masa mendatang. Karena itu, setiap langkah pembaharuan yang diajukan bukanlah sebuah gagasan mati dan satu-satunya melainkan sebuah benih yang ditabur hari ini, diharapkan untuk bertumbuh dan berkembang, dan menghasilkan benih baru bagi hidup di hari depan.

PENDALAMAN kelompok yang telah dilakukan kini dibawa ke dalam pertemuan pleno untuk diperdebatkan. Lima wakil dari masing-masing kelompok memberikan laporan. Rumusan kelompok spiritualitas disampaikan oleh P. Godefridus Meko, kelompok komunitas oleh P. Fransiskus Telaumbanua, kelompok kepemimpinan oleh P. Laurensius Ketut Supriyanto, kelompok keuangan oleh P. Markus Situmorang dan kelompok formasi oleh P. Yohanes Wayan Marianta.

Pertama-tama, bingkai seluruh diskusi adalah pembaharuan hidup dan misi lintas budaya, karena itu tidak segala hal perlu dimasukkan ke dalam anjuran pembaharuan. Kedua, bagian-bagian yang sudah jelas tertera di dalam konstitusi atau yang sudah menjadi standar praktek umum juga tidak perlu dimasukkan ke dalam perumusan. Karena itu para moderator pleno berperanan besar untuk mengarahkan diskusi agar tidak melebar ke sana kemari. Tiga moderator, masing-masing P. Norbert Betan, P. Paulus Rahmat dan P. Raymundus Sudhiarsa, menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga arah diskusi dipersempit untuk menjawabi kebutuhan kapitel. Diwarnai dengan humor-humor yang kocak dan menyegarkan, pertemuan pleno yang biasanya tegang dan penuh perdebatan panas, ditangani dengan gaya santai namun berbobot, sehingga semua peserta dapat dengan tenang mengajukan gagasannya, yang kemudian ditampung untuk memperbaiki perumusan, yang selanjutnya akan menjadi bahan dasar perumusan akhir.